Lahan Lembap – Pemahaman, Jenis, Manfaat Dan Pengelolaan
Lahan basah yaitu lahan subur yang perlu dipertimbangkan untuk media tanam flora pertanian atau tumbuhan perkebunan. Tingkat kesuburan tanah merupakan aspek penting yang menentukan kemajuan flora.
Adanya lahan berair cukup menawan perhatian, alasannya adalah jenis lahan ini cocok digunakan untuk aneka macam macam area, baik untuk area sawah, perkebunan, tambak dan lain sebagainya. Namun, terkadang banyak pengertian yang kurang perihal lahan lembap, termasuk bagaimana cara untuk memperoleh serta mengelolanya.
Meski meliputi sebagian kecil dari permukaan bumi, lahan berair menjadi tata cara yang penting bagi alam. Bagi kehidupan, lahan lembap berfungsi sebagai sumber dan pemurnia air, pelindung pantai serta penyimpan karbon.
Pengertian Lahan Basah
Lahan berair memiliki beberapa pemahaman. Dikutip dari Wikipedia, lahan lembap adalah kawasan yang mempunyai tanah bosan dengan air, baik bersifat permanen maupun bersifat musiman. Sehingga umumnya daerah lahan ini akan tergenang oleh lapisan air yang dangkal.
Sementara itu, terdapat pengertian lain dari lahan basah ialah lahan yang masuk pada klasifikasi daratan yang tergenang air atau memiliki kandungan air yang cukup tinggi.
Secara sederhana pemahaman lahan lembap ialah tempat bertemunya air dengan tanah, seperti kawasan bakau, lahan gambut, rawa-rawa, sungai, danau, delta, daerah dataran banjir, serta persawahan.
Lahan Basah Menurut Para Ahli
Berbagai pengertian tentang lahan basah juga dikemukakan oleh para ahli, antara lain:
- Menurut Maltby (1986), lahan berair adalah salah satu istilah ekosistem yang terbentuk oleh dominasi air dan ciri serta prosesnya dikendalikan oleh air. Maltby juga menyertakan bahwa wetland ialah tempat yang cukup berair dalam rentang waktu panjang untuk perkembangan vegetasi serta organisme yang mesti menyesuaikan diri secara khusus. Menurutnya, lahan basah diartikan menurut parameter, antara lain vegetasi hidrofitik, hidrologi, serta tanah hidrik.
- Menurut Konvensi Ramsar (1971), lahan lembap bermakna selaku wilayah lahan gambut, rawa, dan air yang terbentuk secara alami atau buata dan mempunyai sifat sementara atau permanan, tidak mengalir (diam) atau mengalir dengan sifat payau, asin atau tawar, serta mencakup daerah air marin yang saat surut tidak lebih dari enam meter. Konvensi Ramsar membagi lahan lembap berdasarkan ciri fisik dan biologi menjadi 9 klasifikasi produksi dan 30 kategori alami. Lahan tersebut ialah kawasan penting untuk menyimpan air, pengendalian mutu air, serta habitat tumbuhan dan fauna.
Karakteristik
Lahan basak ialah salah satu kawasan terbesar di permukaan bumi yang memiliki karakteristik berlainan disetiap lokasi dan kondisi. Beberapa faktor yang memilih karakteristik tersebut yakni salinitas, jenis tumbuhan, sampai jenis tanah yang ada di lingkungan tersebut.
Karakteristik lahan basah yang utama yaitu kondisi tanahnya yang bosan kepada air. Hal tersebut juga mampu dilihat dari penamaan atau ungkapan yang dipakai.
Sepanjang tahun lahan lembap selalu tergenang air, akan namun ada pula yang bersifat musiman dan permanen. Lahan lembap musiman yakni genangan air pada lahan tersebut hanya terjadi pada animo tertentu saja, ialah isu terkini penghujan. Sedangkan lahan lembap permanan mempunyai keadaan genangan air sepanjang waktu.
Sebagian besar tempat genangan mempunyai kedalaman dangkal. Genangan dangkal tersebut biasanya mengeliling seluruh atau sebagian permukaan lahan. Namun dibeberapa kawasan juga didapatkan karakteristik dengan genangan yang cukup dalam.
Genangan air di lahan lembap merupakan area dengan kesuburan tinggi, sehingga dapat dimanfaatkan untuk area persawahan. Genangan air yang terjadi secara periodik menimbulkan tempat ini memiliki jenis tanah dengan struktur lunah hingga liat.
Jenis Lahan Basah
Kategori lahan mampu disebut selaku lahan lembap ditentukan oleh bermacam-macam ciri. Berikut adalah ciri-cirinya, yakni:
- Kawasan Rawa
Rawa ialah tempat yang nyaris senantiasa tergenang air sepanjang tahun. Ketinggian air di kawasan ini mampu bervariasi, mulai dari sangat dangkal hingga cukup dalam. Umumnya rawa-rawa tergenang air sebagai pengaruh dari tata cara drainase yang mengalami kendala. Termasuk di dalamnya adalah area rawa gambut yang banyak dijumpai di sekitar pulau jawa, utamanya di kawasan sekitar pantai. - Kawasan Payau
Lahan payau merupakan lahan yang luas mirip lapangan dan tergenang air sepanjang waktu. Banyak orang yang menyebut area ini sebagai rawa dangkal sebab genangan airnya tidak begitu dalam dan dapat dilalui. Umumnya genangan air di area ini meliputi air tawar, payau maupun air asin. - Kawasan Gambut
Lahan gambut yakni lahan tanah yang terbentuk dari akumulasi sisa flora dengan kondisi setengah membusuk. Lahan ini mempunyai kandungan organik yang cukup tinggi, sehingga aksara tanahnya subur dan cocok untuk perkebunan. - Kawasan Riparian
Riparian ialah tempat peralihan antara daratan dengan sungai. Wilayah ini masuk kedalam kawasan dengan karakteristik yang khas alasannya adalah berbentukpaduan antara daratan dan perairan. Wialayah riparian memiliki posisi penting dalam ekologi, pengelolaan lingkungan dan rekayasa sipil. - Lahan Buatan
Lahan berair bikinan yakni kawasan hasil desain insan yang tersusun atas air, tumbuhan, dan binatang. Kawasan ini mirip dengan rawa alami yang dapat dimanfaatkan manusia. Umumnya dirancang untuk pemurnian air terkotori dengan mengoptimalkan proses, biologi, fisika dan kimia yang saling terintegrasi. - Lahan Mineral
Lahan berair mineral berisikan Marsh, yaitu sebuah ekosistem yang memiliki kandungan mineral kurang baik dan sebagian besar ditumbuhi rerumputan. Ekosistem ini biasanya ditemukan di pinggiran sungai, terutama di kawasan yang mengalami pembentukan delta. Tumbuhan di kawasan ini mampu menurunkan laju air dan meningkatkan nutrisi akibat sedimentasi sehingga terbentuklah Marsh. Jenis yang lain adalah Swamp (rawa), yaitu jenis lahan dengan drainasi jelek dan minim kandungan mineral dalam tanah. Kawasan ini didomiansi oleh semak dan tumbuhan kayu. Lahan rawa dapat ditemukan diseluruh dunia pada tempat dataran rendah sekitar sungai. Rawa dapat terbentuk dari Marsh yang mengisi bab cekung daerah. - Lahan Organik
Lahan berair organik tersusun atas Bog, ialah ekosistem dengan karakteristik drainase yang buruk, lembap dan sebagian besar tersusun dari tumbuhan bunga dan lumut. Kandungan air kawasan ini cukup asam dan berasal dari air hujan. Jenis lainnya yakni Fen, adalah ekosistem kawasan berair yang cirinya didominasi oleh rumput dan alang-alang dengan tekstur tanah lunak. Airnya mempunyai tingkat pH basa yang berasal dari pedoman air diatas tanah.
Flora dan Fauna
Wetland merupakan daerah genangan air yang berperan penting untuk kelancaran hidup makhluk hidup yang hidup didalamnya. Lahan berair ini memiliki tingkat ekanekaragaman yang tinggi, meliputi aneka macam satwa dan tanaman yang ada.
1. Jenis Flora
Pada bab atasnya ditumbuhi berbagai jenis vegetasi, mirip Kayu Galam (Melaleuca cajuputi). Sebaran pohon ini cukup luas, ialah di kawasan Asia Tenggara, Papua, dan Australia, mencakup Thailand, Myanmar, Malaysia, Indonesia, Papua Nugini dan Australia. Pohon Galam lazimnya berkembang di daerah rawa serta mempunyai daya tahan kepada keasaman yang tinggi.
Kemudian pada kawasan payau umumnya ditumbuhi vegetasi mirip gelagah, mending, wlingi, serta jenis terna meliputi bakung, teratai dan sebagainya. Di daerah ini jarang ditumbuhi tumbuhan berkayu.
Di tempat gambut lazimnya menjadi habitat jamur, paku-pakuan, pohon sagu, sassafras hingga jenis gingseng. Lahan gambut juga menjadi lokasi tumbuh buah-buahan. Wilayah gambut merupakan kawasan dengan tanah yang subur sehingga didomiansi oleh banyak sekali jenis tumbuhan.
Selanjutnya di tempat riparian sebagian besar tanaman yang tumbuh yakni jenis hutan hidrofiliki yang mau berubah menjadi hutan riparian.
2. Jenis Fauna
Kekayaan satwa di wetland sebanding dengan keberagaman jenis tumbuhan yang tumbuh di kawasan tersebut. Reptil-reptil seperti biawah, buaya, ular, kura-kura, serta kodok ialah penghuni kawasan ini. Berbagai jenis ikan ialah penghunai daerah perairan dan penghuni darat meliputi macan, gajah, serta aneka macam jenis mamalia dan burung.
Setidaknya ada sekitar 35 spesies mamalia, 150 spesies burung dan 34 spesies ikan yang dapat didapatkan di lahan gambut. Selain itu, ada juga spesies yang dilindungi dan menjadi binatang endemik, antara lain orang utan, buaya sinyulong, beruang madu, langur dan macan sumatera.
Manfaat Lahan Basah
Lahan lembap diketahui selaku area dengan keadaan tanah yang cukup subur dan memiliki banyak manfaat. Oleh karena itu, pengelolaan lahan menjadi salah satu kegiatan pendukung pertanian dan perkebunan di Indonesia.

Banyak faedah lain yang mampu diperoleh lewat pengelolaan lahan basah, antara lain:
- Membantu pengadaan air bersih bagi lahan lain di sekelilingnya. Sebab, lahan lembap berperan penting dalam memuat air hujan untuk kemudian dimanfaatkan sebagai area penyerapan air dan untuk mengembangkan cadangan air tanah guna keperluan sehari-hari.
- Lahan berair juga berguna sebagai kawasan yang bisa menunjukkan sumber pangan bagi penduduk sekitar, sebab kandungan tanah yang subur. Kandungan humus yang kaya sangat cocok untuk bercocok tanam.
- Keberadaan lahan basah juga menolong untuk menyerap limbah yang berbahaya dan membantu proses penyaringan secara maksimal. Sehingga hasil tamat dari penyaringan alami tersebut ialah air tanah yang lebih patut untuk dikonsumsi.
- Lahan berair juga membantu meredam risiko bencana alam, mirip banjir maupun erosi. Hal ini terjadi karena mekanisme lahan yang bisa mengelola dan menyerap air hujan secara optimal. Selain itu, tempat ini juga mampu mencegah kekeringan
- Kaya keanekaragaman hayati sehingga berfaedah untuk mempertahankan kelestarian ekosistem yang ada di dalamnya.
- Lahan basah juga memiliki kemampuan menyerap karbon permukaan bumi. Pelestarian dan pemulihan lahan berair dapat meminimalisir emisi karbon dan mengembangkan kemampuan makhluk hidup untuk mengikuti keadaan dengan pergantian iklim.
Pengelolaan dan Pemanfaatan
Mengelola lahan lembap memerlukan ketabahan dan wawasan yang mencukupi. Terutama kalau berencana mengganti lahan tersebut untuk kepentingan pertanian maupun perkebunan.

Berikut ini beberapa langkah yang mampu dikerjakan bila ingin mengorganisir lahan basah secara optimal, yaitu:
- Melakukan pengeringan lahan, utamanya bekas tanah gambut yang mampu digunakan untuk sektor pertanian dan perkebunan. Pengeringan lahan basah secara maksimal membantu membuat aneka ragam sawah dan perkebunan sehingga mendukung industri pakan secara optimal.
- Melakukan pengelolaan air. Hal ini secara tidak pribadi akan menolong metode irigasi maupun pengairan di kawasan lahan berair tersebut, sehingga daerah di sekitarnya tidak kekurangan air bersih serta mampu dimanfaatkan untuk penanggulangan peristiwa.
- Mempertahankan ekosistem alami juga merupakan unsur yang tetap perlu untuk dijalankan supaya menolong mempertahankan keseimbangan alam. Pengembangan serta pengelolaan lahan yang bagus akan menciptakan sistem pertanian yang optimal tanpa menjadikan peristiwa sebagai imbas negatif dari pergeseran lahan lembap menjadi area sawah maupun perkebunan.
Lahan Basah di Dunia
Setidaknya sekitar 600 juta penduduk dunia menggantungkan diri terhadap wetland. Jumlah tersebut kian berkembangseiring pertambahan populasi manusia. Berdasarkan sebaran lahan berair dunia, posisi pertama ditempati oleh Brazil dengan luas wetland sekitar 31,1 juta hektar. Sedangkan Indonesia menempati posisi kedua dengan total luasan sekitar 22,5 juta hektar. Lahan basah di Indonesia tersebar di berbagai wilayah, dari Sumatera sampai Papua.
Wetland terbesar di dunia berada di kawasan Benua Amerika dan Asia. Lembaga dunia juga sudah merilis peta yang dapat dijadikan acuan perihal sebaran lahan berair dunia. Peta tersebut diberi nama Global Wetlands yang diterbitkan di Pusat Penelitian Kehutanan Internasional (CIFOR). Pada peta kita mampu melihat luasan lahan basah dan sebarannya dengan resolusi spasial satelit yang mampu diakses lewat internet.
Lahan Basah Musnah 3 Kali Lebih Cepat
Sebagai salah satu ekosistem yang paling berguna dan menjadi habitat keanekaragaman hayati dunia, lahan berair mengalami bahaya degradasi yang begitu cepat.
Laporan dari Convention on Wetland menyebutkan bahwa sekitar 35% lahan lembap meliputi danau, rawa, sungai, lahan gambut, laguna, hutan bakau, dan batu karang menghilang sejak tahun 1970.
Data pada tahun 2015 menjabarkan kalau luas lahan basah tidak lebih dari 12 juta km persegi. Kondisi ini dikatakan tiga kali lipat lebih cepat daripada kerusakan yang terjadi di hutan.
Ketika penduduk dunia konsentrasi terhadap gosip pemanasan global yang berefek kepada hutan dan maritim, ternyata nasib lahan basah tidak begitu diamati. Padahal, secara pribadi maupun tidak langsung, lahan berair menyediakan nyaris seluruh konsumsi air tawar dan menjadi kawasan hidup bagi 40% spesies dunia.
Upaya Konservasi
Salah satu langkah yang dikerjakan oleh banyak sekali negara tergolong pemerintah Indonesia dalam pelestarian lahan basah, yakni melalui Ramsar Convention. Kesepakatan ini tertuang berkat pertemuan sekelompok organisasi LSM yang membuat konvensi lahan lembap pertama di dunia pada tahun 1971.
Dalam konvensi ini banyak negara yang menetapkan untuk berkomitmen menjaga lahan basah di negara masing-masing. Salah satunya yakni di Indonesia lewat eksistensi 7 taman nasional dan suaka margasatwa yang tersebar merata di beberapa kawasan. Dengan dukungan dari UNESCO, sampai saat ini konvensi ini telah beranggotakan 38 negara.
Selain itu, setiap 2 Februari juga diperingati Hari Lahan Basah Sedunia sebagai bentuk kampanye lingkungan hidup untuk menyadarkan seluruh unsur penduduk dunia akan pentingnya fungsi dan manfaat lahan lembap.
Bentuk upaya konservasi yang dilakukan oleh Indonesia ialah terbitnya peraturan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan berkaitan lahan gambut, antara lain:
- Undang-undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
- Peraturan Pemerintah No. 71 tahun 2014 ihwal Perlindungan dan Pengelolaan Ekosistem Gambut.
Setiap pemiliki usaha yang berada disekitar lahan gambut diwajibkan melindungi dan melakukan mitigasi kerusakan lingkungan akhir aktivitas perjuangan yang dilaksanakan.
Aturan tersebut juga berlaku untuk daerah riparian yang juga dimiliki oleh aneka macam negara. Di Indonesia, peraturan perundangan berisi tentah upaya pemeliharaan dan menjaga sempadan sungai.
Peraturan tersebut didasari pengelolaan wilayah oleh pemegah HPH untuk memelihara kawsan dengan luasan tertentu. Tujuannya yaitu untuk mempertahankan keelstarian daerah riparian. Upaya derma ini juga terdapat dalam rencana konservasi tingkat regional sampai nasiona, mirip pada Biodiversity Action Plan.
Potensi & Contoh Lahan Basah di Indonesia
Sebagai negara yang kaya akan banyak sekali macam jenis lahan, persebaran lahan di Indonesia cukup beragam. Banyak daerah yang memiliki peluangsebagai area lahan berair.
Tercatat sampai saat ini, potensi lahan lembap di seluruh Indonesia yang juga berfungsi sebagai wadah konservasi meraih 1,3 juta ha. Kawasan tersebut tergolong dalam taman nasional di Jambi, Kalimantan Barat, Jakarta, Sulawesi Tenggara, Sumatera Selatan, Papua dan Kalimantan Tengah.
Kelestarian hayati di area suaka margasatwa dan taman nasional juga membantu ekosistem di Indonesia tetap tersadar berkat area lahan basah yang terdapat di dalam lingkungan tersebut.
Terdapat 7 daerah yang menetapkan selaku Situs Ramsar di Indonesia. Situs Ramsar yakni kawasanyang ditetapkan alasannya adalah berfungsi sebagai lahan lembap dan harus menerima perlindungan dunia, antara lain:
- Pulau Rambut
- Taman Nasional Berbak
- Taman Nasional Sembilang
- Danau Sentarum
- Taman Nasional Rawa Aopa Watumohae
- Taman Nasional WASUR
- Taman Nasional Tanjung Puting
Comments
Post a Comment